Kamis, 27 Mei 2010

Mengenal Budaya Makan di Korea

Dewasa ini perkembangan mengenai dunia perkoreaan sangat pesat sekali. Baik dalam hal musik, seni tari, film, fashion, dan lain sebagainya. Tidak ketinggalan pula dalam hal makanan. Makanan Korea sekarang ini sudah sangat mendunia. Hampir bisa dipastikan bahwa tidak ada orang yang tidak suka makanan Korea. Karena cita rasa yang unik dan bumbu-bumbu yang jarang kita temukan yang membuat makanan Korea sangat berbeda di lidah kita.

 Ada satu makanan khas Korea yang memiliki suatu arti yang tidak dimiliki oleh makanan lainnya. Makanan ini disebut kimchi. Di setiap session makanan, ketidakberadaan kimchi akan memberikan kesan tidak lengkap. Berbeda dengan makanan Indonesia, Indonesia memiliki beraneka ragam makanan khas di setiap daerah. Sehingga Indonesia tidak memiliki makanan khas yang seperti dimiliki oleh Korea. Karena Indonesia memiliki makanan khas yang berbeda-beda disetiap daerahnya.

 Namun ada juga persamaan antara Korea dan Indonesia, yaitu tata cara makannya. Yang akan dilihat disini khususnya adalah tata cara makan orang Korea dan orang Jawa, begitu juga dengan jenis-jenis makanannya. Dengan begitu kita akan mengetahui persamaan dan perbedaan budaya makan Korea dengan budaya makan Indonesia khususnya Jawa. Juga mengetahui betapa pentingnya kimchi bagi masyarakat Korea dan mengenal budaya Korea itu sendiri melalui makanan.

Makanan Korea yang paling terkenal adalah kimchi, sejenis sayuran yang diacar. Di dalamnya biasa terdapat kubis, lobak, ketimun, cabai dengan rasa relatif pedas.
Para peneliti telah mendokumentasikan lebih dari 170 jenis makanan Korea. Akan tetapi yang paling umum dan disantap dengan nasi adalah kimchi yang di Tanah Air mirip-mirip asinan bogor atau rujak cuka bandung.
Semua hidangan disajikan dalam satu meja, tapi etiket orang Korea tidak mengharuskan makan dengan urutan tertentu. Selain itu yang paling utama adalah jumlah hidangan. Berdasarkan tradisi, jumlah hidangan menandakan posisi keluarga itu dan tamunya.

Pada zaman Busan masih berbentuk kerajaan, ada lima jenis makanan sehari-hari. Cuma raja saja yang boleh menikmati 12 menu hidangan. Kelas yangban (aristokrat) berhak atas tujuh sampai sembilan macam menu. Rakyat jelata dibatasi tiga hingga lima macam saja.
Dapat dibayangkan biaya sehari-hari anggota kerajaan untuk urusan dapur. Mereka menikmati hidangan yang begitu lengkap. Kini, kebiasaan menyediakan makanan secara lengkap mudah ditemui di Korea. Malah hidangan sederhana seperti mi pun memerlukan sejumlah pelengkap untuk menambah rasa.

 Perilaku tidak sopan saat makan:

* Menghembuskan napas dari hidung ke meja,
* Mendahului makan sebelum orang tertua,
* Mendirikan sumpit atau sendok ke atas, karena melambangkan dupa yang dibakar saat upacara kematian,
* Menancapkan makanan dengan sumpit dan mengambil makanan dengan tangan (ada makanan yang boleh diambil dengan jari tangan, namun banchan tidak diperbolehkan),
* Menggunakan sumpit dan sendok pada saat bersamaan (hanya boleh dengan satu tangan),
* Menggunakan sumpit atau sendok dengan tangan kiri,
* Membuat suara berisik saat mengunyah makanan atau memukul mangkuk dengan alat makan,
* Mengaduk-aduk nasi atau sup dengan sendok/sumpit,
* Mengaduk-aduk lauk pauk dengan sendok/sumpit,
* Menyelesaikan makan terlalu cepat atau terlalu lambat,
* Minum minuman menghadap ke orang tua (Ini sangat tidak sopan, seseorang harus memutar posisi ke arah lain/sebelahnya)
* Menerima minuman dari orang tua dan dihormati dengan kedua tangan, seharusnya tangan kiri diletakkan ke dada dan tangan kanan memegang tempat minum/cawan saat minuman dituangkan.
* Dalam situasi informal, peraturan-peraturan ini kurang begitu penting. Dalam acara makan keluarga, anak-anak diajari oleh orang tua tentang cara dan etiket makan tradisional.
* Berbicara saat mengunyah makanan tidak apa-apa, selama mulut tidak dibuka. Adalah tidak sopan saat makan berbicara dengan mulut terbuka.

Dengan mengetahui beberapa hal diatas maka kita dapat menjaga sikap kita apabila sedang berhadapan langsung dengan orang Korea. Sehingga tidak terjadi kesalahpahaman antara kedua pihak nantinya. Dan kita juga bisa mengenal budaya mereka lebih dalam lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar